, dilaporkan Kamis (16/1/2025).
Menurut sumber itu, tim negosiasi Israel menginformasikan bahwa Hamas memutuskan untuk mengajukan tuntutan baru pada menit terakhir. Tuntutan itu terkait Koridor Filadelfia, yaitu koridor perbatasan antara wilayah Gaza dan Mesir yang berdekatan dengan Rafah.
sehingga berhasil mencapai kesepakatan.
Terutama tentang Koridor Philadelpia yang diminta oleh Hamas untuk diubah kemudian disetujui oleh pihak Mesir yang menutup celah itu berdasarkan permintaan Hamas. Permintaan Hamas tentang koridor Philadelpia akan dijaminkan pada tahap selanjutnya dari proses perdamai an dan pertukaran sandera lewat koordinasi dengan pihak Israel.
Pada Selasa (14/1/2025) malam laporan dilansir, pasukan Israel mulai berpersiapan untuk mundur dari Koridor Philadelphi di perbatasan Gaza-Mesir, menunggu penyelesaian kesepakatan pertukaran tawanan-sandera dengan kelompok perlawanan Palestina, Hamas. Israel akan menarik pasukan secara bertahap dari wilayah Palestina di perlintasan Rafah setelah kesepakatan itu ditandatangani.
“Pengunduran mundur tentara Israel dari Koridor Philadelphi telah dikordinasikan dengan pejabat keamanan Israel, Mesir, dan AS,” stasiun TV Israel itu melansir dengan mengutip sumber keamanan.
Disebutkan pula bahwa penarikan itu akan dilakukan “dalam beberapa hari pertama setelah kesepakatan dengan Hamas ditandatangani.” Namun, proses penarikan pasukan mungkin memakan waktu hingga sepekan untuk membongkar pos-pos dan infrastruktur yang dibangun Israel di jembatan Netzarim di Gaza tengah, menurut laporan itu.
Meski menyebutkan Poros Netzarim, Philadelphi, dan perlintasan Rafah, laporan KAN itu tidak menyentuh rencana Israel menarik tentaranya dari Gaza Utara.
Hamas menyebut perjanjian gencatan senjata dengan Israel di Jalur Gaza yang akan mulai berlaku pada minggu depan (19/1/2025) sebagai sebuah ‘titik balik’ dalam perjuangan melawan pendudukan Israel. “Gencatan senjata ini adalah sebuah pencapaian bagi rakyat kami, perlawanan kami, bangsa kami, dan seluruh orang yang mencintai kebebasan di dunia,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan.
” Ini adalah titik balik dalam perjuangan kami melawan lawan yang terus berlanjut serta langkah menuju tujuan kami untuk kemerdekaan dan pulang kembali ke tanah air.” lanjut pernyataan tersebut.
Kelompok perlawanan Palestina mengucapkan selamat atas kesepakatan yang dicapai sebagai hasil dari “keteguhan legendaris” rakyat Palestina dan ketahanan perlawanan Gaza dalam 15 bulan terakhir. Hamas mengingatkan bahwa perjanjian tersebut menggambarkan tanggung jawabnya akan rakyat Gaza untuk menghalangi agresi Israel, mengakhiri pembantaian, dan menghentikan genosida yang meluluhlantakkan warga sipil.
Kelompok tersebut juga mengucapkan terima kasih atas dukungan internasional yang diterima oleh Gaza, terutama dari Arab, masyarakat Muslim, dan masyarakat global, untuk memperkuat kesadaran mengenai tindakan Israel, serta menuntut berakhirnya kekerasan.
Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Qatar, Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani, mengonfirmasi kesepakatan tersebut dalam Konferensi Pers di Doha. Ia menjelaskan tahap pertama, yang akan berlangsung sampai 42 hari, mencakup pembebasan 33 tawanan Israel dengan imbalan sejumlah tawanan Palestina.
Gencatan senjata terjadi pada hari ke-467 genosida Israel pada Gaza, yang, dengan dukungan AS, telah mengambil nyawa lebih dari 156.000 korban, sebagian besar di antaranya adalah perempuan dan anak-anak.
Perang ini juga telah menyebabkan lebih dari 11.000 orang menghilang, serta keluarnya kerosakan luas dan krisis kemanusiaan yang telah mengambil banyak nyawa orang tua dan anak-anak, menjadikannya salah satu bencana kemanusiaan terburuk sejarah dunia modern.
Leave a Comment